Peneliti
Berhasil Menciptakan Alat Pengendali Pikiran Jarak Jauh
Peneliti Massachusetts Institute of Technology
(MIT) menciptakan perangkat elektronik yang mampu mengendalikan pikiran.
Perangkat yang dipasang di kepala seperti sebuah helm ini telah diujicobakan
kepada tikus.
Perangkat pengendali pikiran tersebut terdiri atas
dua papan sirkuit dan sebuah antena. Ketika diujicobakan kepada tikus, peneliti
bisa mengendalikan perilaku binatang dari jarak jauh hanya menggunakan cahaya.
"Cahaya berfungsi mengaktifkan neuron khusus
yang berada di dalam jaringan saraf," ujar salah seorang peneliti dari
Department of Electrical Engineering and Computer Science MIT, Christian Wentz.
Inovasi yang dilakukan Wentz bersama tim
penelitinya adalah bagian dari bidang pengetahuan optogenetika. Bidang ini
menggabungkan pengetahuan optik dan ilmu genetika yang berguna untuk
mempelajari pengendalian sel menggunakan cahaya.
Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah
protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein
akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam
sel saraf.
Dengan menempelkan protein pada titik yang tepat,
peneliti bisa menghidupkan bagian otak tertentu. Teknik ini memungkinkan
peneliti membangkitkan perilaku seksual atau agresivitas, yang membuat binatang
berjalan melingkar.
Perangkat pengendali pikiran ini tidak menggunakan
baterai sebagai sumber energi. Wentz memanfaatkan medan magnet untuk
menginduksi antena yang menempel di kepala tikus.
Induksi magnetik inilah yang memberi tenaga bagi 16
LED yang diletakkan di helm. Cahaya dari LED ini cukup untuk mengendalikan
neuron tertentu pada otak tikus.
Sebuah perangkat lunak ditanam dalam papan sirkuit
dan terhubung dengan komputer. Wentz memprogram agar cahaya biru menyinari
bagian otak yang mengendalikan aktivitas gerak tikus.
Tikus sendiri akan bergerak ke kiri jika lampu biru
menyala. "Dengan cara ini, kami bisa mengendalikan gerakan tikus,"
dia memaparkan.
Tak hanya mengendalikan gerakan tikus, peneliti
juga merekam semua aktivitas sel saraf yang terpapar cahaya. Rekaman ini akan
dimanfaatkan untuk menguak sensitivitas tikus.
Sumber :
tempointeraktif.com
Peneliti
Berhasil Menciptakan Alat Pengendali Pikiran Jarak Jauh
Peneliti Massachusetts Institute of Technology
(MIT) menciptakan perangkat elektronik yang mampu mengendalikan pikiran.
Perangkat yang dipasang di kepala seperti sebuah helm ini telah diujicobakan
kepada tikus.
Perangkat pengendali pikiran tersebut terdiri atas
dua papan sirkuit dan sebuah antena. Ketika diujicobakan kepada tikus, peneliti
bisa mengendalikan perilaku binatang dari jarak jauh hanya menggunakan cahaya.
"Cahaya berfungsi mengaktifkan neuron khusus
yang berada di dalam jaringan saraf," ujar salah seorang peneliti dari
Department of Electrical Engineering and Computer Science MIT, Christian Wentz.
Inovasi yang dilakukan Wentz bersama tim
penelitinya adalah bagian dari bidang pengetahuan optogenetika. Bidang ini
menggabungkan pengetahuan optik dan ilmu genetika yang berguna untuk
mempelajari pengendalian sel menggunakan cahaya.
Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah
protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein
akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam
sel saraf.
Dengan menempelkan protein pada titik yang tepat,
peneliti bisa menghidupkan bagian otak tertentu. Teknik ini memungkinkan
peneliti membangkitkan perilaku seksual atau agresivitas, yang membuat binatang
berjalan melingkar.
Perangkat pengendali pikiran ini tidak menggunakan
baterai sebagai sumber energi. Wentz memanfaatkan medan magnet untuk
menginduksi antena yang menempel di kepala tikus.
Induksi magnetik inilah yang memberi tenaga bagi 16
LED yang diletakkan di helm. Cahaya dari LED ini cukup untuk mengendalikan
neuron tertentu pada otak tikus.
Sebuah perangkat lunak ditanam dalam papan sirkuit
dan terhubung dengan komputer. Wentz memprogram agar cahaya biru menyinari
bagian otak yang mengendalikan aktivitas gerak tikus.
Tikus sendiri akan bergerak ke kiri jika lampu biru
menyala. "Dengan cara ini, kami bisa mengendalikan gerakan tikus,"
dia memaparkan.
Tak hanya mengendalikan gerakan tikus, peneliti
juga merekam semua aktivitas sel saraf yang terpapar cahaya. Rekaman ini akan
dimanfaatkan untuk menguak sensitivitas tikus.
Sumber :
tempointeraktif.com
Peneliti
Berhasil Menciptakan Alat Pengendali Pikiran Jarak Jauh
Peneliti Massachusetts Institute of Technology
(MIT) menciptakan perangkat elektronik yang mampu mengendalikan pikiran.
Perangkat yang dipasang di kepala seperti sebuah helm ini telah diujicobakan
kepada tikus.
Perangkat pengendali pikiran tersebut terdiri atas
dua papan sirkuit dan sebuah antena. Ketika diujicobakan kepada tikus, peneliti
bisa mengendalikan perilaku binatang dari jarak jauh hanya menggunakan cahaya.

"Cahaya berfungsi mengaktifkan neuron khusus
yang berada di dalam jaringan saraf," ujar salah seorang peneliti dari
Department of Electrical Engineering and Computer Science MIT, Christian Wentz.
Inovasi yang dilakukan Wentz bersama tim
penelitinya adalah bagian dari bidang pengetahuan optogenetika. Bidang ini
menggabungkan pengetahuan optik dan ilmu genetika yang berguna untuk
mempelajari pengendalian sel menggunakan cahaya.
Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah
protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein
akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam
sel saraf.
Dengan menempelkan protein pada titik yang tepat,
peneliti bisa menghidupkan bagian otak tertentu. Teknik ini memungkinkan
peneliti membangkitkan perilaku seksual atau agresivitas, yang membuat binatang
berjalan melingkar.
Perangkat pengendali pikiran ini tidak menggunakan
baterai sebagai sumber energi. Wentz memanfaatkan medan magnet untuk
menginduksi antena yang menempel di kepala tikus.
Induksi magnetik inilah yang memberi tenaga bagi 16
LED yang diletakkan di helm. Cahaya dari LED ini cukup untuk mengendalikan
neuron tertentu pada otak tikus.
Sebuah perangkat lunak ditanam dalam papan sirkuit
dan terhubung dengan komputer. Wentz memprogram agar cahaya biru menyinari
bagian otak yang mengendalikan aktivitas gerak tikus.
Tikus sendiri akan bergerak ke kiri jika lampu biru
menyala. "Dengan cara ini, kami bisa mengendalikan gerakan tikus,"
dia memaparkan.
Tak hanya mengendalikan gerakan tikus, peneliti
juga merekam semua aktivitas sel saraf yang terpapar cahaya. Rekaman ini akan
dimanfaatkan untuk menguak sensitivitas tikus.
Sumber :
tempointeraktif.com
0 komentar:
Posting Komentar